Bismillahirrohmaanirrohiim,,,
Hari ini, Selasa 31 Juli 2012 KAMMI Daerah (KAMDA) Bandung mengadakan kajian di Sekretariat KAMDA terkait isu terhangat atas pembantaian etnis Rohingya di Myanmar. Adapun narasumber yang dihadirkan diantaranya yaitu:
- Kang Ade Winata (Sarjana Hukum, Alumni Pengurus KAMMI Daerah Bandung)
- Kang Jusman Dalle (Humas KAMMI Pusat)
- Kang Edi Mardiana (Ketua KAMMI Wilayah Jawa Barat)
Masing-masing dari narasumber di atas memberikan pemaparan dari sudut pandang yang berbeda. Kang Ade Winata menyampaikan bahwa kasus penindasan terhadap etnis Rohingya di Provinsi Arakan-Myanmar tersebut merupakan pelanggaran HAM berat. Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya-Arakan (PIARA) yang dikelola oleh Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) INDONESIA, mencatat bahwa etnis Rohingya selama beberapa dekade ini, utamanya sejak tahun 1940-an kerap mengalami penindasan, pembunuhan, penyiksaan, perkosaan, pemiskinan, maupun diskriminasi baik oleh negara, pemerintah, maupun dari sesama penduduk yang berbeda etnis dan agama dengan mereka. Etnis Rohingya banyak yang tidak diakui.
Kang Ade menambahkan bahwa kasus di Arakan ini lebih urgent posisinya sekarang daripada kasus di Palestina, mengapa? Karena di Palestina blokade-blokade yang dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap Gaza malah menumbuhkan banyak Sarjana-sarjana cerdas, lain halnya dengan etnis Rohingya di Arakan, mereka mengalami diskriminasi pendidikan dan kemiskinan yang membelenggu tanpa henti. Lebih jauh lagi beliau menyebutkan bahwa pembantaian yang dilakukan di sana sungguh mengerikan. Tidak dengan tembakan, mereka menganggap peluru itu mahal dan cukup sayang jika ditembakkan ke warga etnis Rohingya, yang ada kepala orang Rohingya itu dipukul keras dengan senapan-senapan hingga kepalanya hancur. Mengerikan!!
Di akhir paparannya, Kang Ade mengkritisi sikap pemerintah Indonesia yang malah tidak peduli dengan pengungsi etnis Rohingya yang sudah sampai di Riau. Tujuan mereka akan ke Australia, namun malah dihambat di Riau sana, berita ini diketahui dari kabar kawan-kawan KAMMI di Riau sana.
Kang Jusman Dalle menjadi narasumber kedua dalam memaparkan pandangannya tentang prahara di Arakan-Myanmar ini. Kang Jusman lebih menekankan kepada kita semua untuk meninjau akar masalahnya apa? Dan menurut analisis beliau, ini bukan hanya perkara etnis, bukan hanya perkara agama, namun ada kepentingan lain di balik itu semua. Pihak berkepentingan yang dimaksud adalah negara China. Mengapa demikian? Di daerah Arakan ini terdapat sumber minyak yang amat melimpah, China telah membangun jalur pipa minyak sepanjang 620 mil dari Kyaukpyu Port-Arakan ke Provinsi Yunan (China) dengan investasi sebesar 2,5 miliar dollar AS.
Tidak lagi menjadi sebuah rahasia umum bahwa Aung San Suu Kyi telah terlihat akan maju di Pilpres tahun 2015 nanti, dan peluang besarnya amat sangat besar. Untuk menyambut hal tersebut, maka Arakan harus disterilkan, karena ketika Suu Kyi yang kemenangan awal pada pemilu sela di awal tahun ini didukung penuh oleh AS dan Eropa, berarti nanti akan menjadi ancaman bagi kepentingan rezim lama di Arakan. Kebijakan ekonomi Suu Kyi nanti akan lebih pro kepada Barat yang selama ini telah memberinya dukungan melawan junta militer.
Lalu mengapa ASEAN diam melihat fenomena di Arakan? Barat juga mengapa tidak sefrontal ketika memperjuangkan HAM seperti sebelum-sebelumnya? Pahadal jelas-jelas bahwa Barat juga punya kepentingan di Arakan-Myanmar. “Inilah canggihnya China”, begitu cetus Kang Jusman. Saat ini, penguasa ekonomi terbesar memang salah satunya adalah China. Bahkan Amerika pun telah berhutang 1,132 triliun dollar AS kepada Tiongkok. Apalagi negara-negara di ASEAN, baik impor maupun ekspor nya sangat tergantun kepada China. Hal inilah yang membuat nyali mereka (ASEAN dan AS) ciut tak berkutik.
Jadi penekanan yang disampaikan Kang Jusman adalah bahwa tindakan tidak manusiawi terhadap etnis Rohingya tidaklah berlatar belakang etnis dan agama seperti yang digembar-gemborkan selama ini, namun lebih karena adanya kepentingan ekonomi. Bahkan tanpa sadar, rakyat Myanmar justru menjadi korban, diperalat oleh kepentingan hegemoni ekonomi China.
Kang Edi Mardiana sebagai narasumber terakhir menyampaikan paparannya dengan lebih dekat kepada manhaj gerakan (KAMMI). Diawali dengan pengingatan kepada kita semua bahwa di dalam Al Qur’an disebutkan, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al Hujuraat/49:10). Bahwa sejatinya kita patut berduka atas penindasan kaum muslim etnis Rohingya di Arakan-Myanmar. Sudah tujuh minggu penindasan yang santer terhadap sekitar 8000 warga itu berlangsung.
Kang Edi menyimpulkan setidaknya ada dua prinsip gerakan KAMMI yang berkaitan erat dengan peristiwa ini, yakni:
- Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI. Maka hal ini telah jelas, bahwa kemenangan Islam itu membawa rahmat bagi seluruh alam, oleh karenanya hal tersebut menjadi landasan jiwa perjuangan KAMMI.
- Persaudaraan adalah watak mu’amalah KAMMI. Karena rasa persaudaraan yang kental itulah kita patut berduka atas penindasan saudara kita di Arakan. Tak cukup hanya dengan berduka, namun kita juga harus melakukan AKSI. Ya, seperti yang tersemat dalam nama organisasi kita, Kesatuan AKSI Mahasiswa Muslim Indonesia.
Sesi tanya jawab pun dibuka dan banyak sekali pertanyaan yang silih berganti dijawab oleh para narasumber. Tentu tidak akan dituliskan di sini semuanya. Namun tulisan ini akan ditutup dengan kesimpulan singkat dari masing-masing pemateri, diantaranya:
#Kang Edi Mardiana
- Nilai-nilai kebebasan adalah nilai universal, maka sudah selayaknya etnis Rohingya tidak mendapat perlakuan seperti ini
- AKSI, lakukan gerakan kemasyarakatan untuk mendukung etnis Rohingya
- Pemerintah Indonesia harus bergerak, tuntut ASEAN untuk ikut menyelesaikan persoalan ini, dan juga tuntut PBB untuk andil
#Kang Jusman Dalle
- Masalah ini merupakan persoalan kompleks, ada ketergantungan antara negara-negara baik ASEAN maupun Barat dan Eropa
- Persoalannya jangka panjang, maka persiapkanlah pemudanya untuk mengambil peran di masa depan
#Kang Ade Winata
- Harus turun AKSI
- Tuntutan kepada pemerintah Myanmar, ASEAN, dan juga Pemerintah Indonesia
- Pengumpulan dana juga bisa dilakukan untuk kepentingan-kepentingan lain di kemudian hari (Semacam Flotilla ke Myanmar)
Demikian yang dapat disampaikan dari kajian kali ini, di akhir disepakati bahwa untuk besok, Rabu, 01 Agustus 2012 KAMMI Se Bandung Raya akan mengadakan AKSI turun ke jalan yang dimulai dari Masjid PUSDAI hingga ke depan Gedung Sate Provinsi Jawa Barat.
Salam hangat dalam kepedulian untuk Muslim Rohingya by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
Koordinator Umum BSO Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) STKS Bandung
An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
Selesai ditulis pada hari Selasa malam, 31 Juli 2012 at 20.55wib @Kamar kostan, Dago Pojok, Bandung-Jawa Barat
semuanya tidak lepas dari kapitalis.
Terima kasih atas komentarnya…