Aspal Kehidupan

Sore ini saya kembali Bancar dimana esok hari akan berkumpul keluarga besar untuk merayakan hari Idul Fitri secara bersama-sama. Pa’e memang dipandang paling berpengaruh di dalam keluarga besar, sehingga menjadi tujuan paman-paman untuk bersilaturahim. Bahkan, Budhe (kakak perempuan dari Pa’e) pun yang saat ini menjanda seorang diri juga berlebarannya di rumah ini. Kemudian biasanya tepat di malam Ied Fitri ini Lek No (adik dari Pa’e) sekeluarga juga jauh-jauh dari Bali untuk mudik kampung ke sini. Ditambah pada lebaran ke-2 nanti Kak Cup sekeluarga dan Kak Hib sekeluarga pun akan berkumpul. Lengkap sudahlah kebersamaan yang ramai ini. Semua sudah datang dengan membawa keturunannya, tinggal saya sendiri saja yang masih single dan belum menggenapkan setengah Dien-nya. Mohon selalu didoakan ya ^_^

Kembali ke LAPTOP . . . !

Dalam perjalanan dari Bojonegoro menuju desa Bancar itu tak selalu saja mulus. Jalanan di desa itu sempit, bolong-bolong dan juga bergelombang. Tak jarang saya temui jalanan berkelok dengan kemiringan yang cukup tajam. Hal tersebut membuat saya harus ekstra hati-hati serta waspada agar bisa membawa motor tetap stabil serta selamat sampai tujuan.

Sedari awal, tujuan telah saya tetapkan, yakni di rumah my parents, Pa’e and Ma’e. Oleh karena itulah motor digeber agar sampai di sana secara tepat waktu serta selamat. Tanpa adanya tujuan awal yang telah saya tetapkan sebelumnya, mungkin saya tak akan capek-capek mengendarai motor selama kurang lebih 2 jam perjalanan. Dan dari hal sederhana inilah dapat saya maknai kemiripan antara aspal jalanan dengan aspal kehidupan.

Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, aspal jalanan tak selalu mulus, demikian pula aspal kehidupan. Sebagai seorang sopir, saya harus memegang kendali secara penuh atas jalan lurus kehidupan ini, tentu setelah mengantongi SIM+STNK motor donk. Dan dalam kehidupan, bekal terbaik adalah pemahaman yang lurus akan agama ini (baca: Islam) dan segala tuntunan serta tuntutannya.

Mungkin kita memang sudah jago dalam naik motor, dan memasang muka super serius agar jalan-jalan yang buruk itu tak kita lewati serta mampu kita hindari sehingga yang terlalui adalah jalan-jalan mulus saja. Namun ada yang seringkali kita lupakan, apakah itu? Pemandangan yang indah di kiri-kanan dan juga mungkin sebuah tempat hiburan yang ramai lagi mengasyikkan. Ada keinginan untuk menikmati dan berlama-lama di sana, padahal tujuan awal dan target telah ditetapkan, yaitu sampai di Bancar dengan tepat waktu dan selamat. Lalu mengapa masih tergoda dengan hiburan-hiburan insidental yang sifatnya menghambat pencapaian tujuan?

Hm,, Sungguh aspal jalanan ini mengajarkanku sebuah aspal kehidupan, banyak ibroh (baca: pelajaran) yang saya dapatkan dari perjalanan singkat kurang lebih dua jam itu. Tetap di track tanpa tergiur dengan godaan menjadikan manusia selamat sampai tujuan seperti yang telah direncanakan.

Eittsss, tapi tak boleh menjadi pembenaran lowh ya. Kok pembenaran? Ya, ibadah kepada Rabb itu sifatnya bukan hanya vertikal, namun juga horizontal. Dalam syari’at-Nya, Allah memerintahkan kepada kita untuk perhatian kepada ibadah ritual sesuai perintah-Nya, juga berbuat baik terhadap masyarakat dan lingkungannya, termasuk di sini mengatur kehidupan masyarakat berdasarkan hukum-hukum-Nya. Dengan dasar itulah dapat kita katakana bahwa seseorang yang menjadi baik dengan taat beribadah hanya kepada Tuhan-Nya saja masihlah belum memenuhi apa yang diinginkan oleh Tuhan-Nya. Sebab, kita ketahui bersama bahwa Islam datang sebagai Rahmatan Lil Alamin. Artinya menjadi rahmat bagi seluruh alam yang diwujudkan melalui tangan-tangan manusia muslim yang peduli terhadap kehidupan di sekitarnya.

Selamat menggemakan takbir yang agung, selamat malam menjelang Idul Fitri 1433 H (^_^)

Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams

An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008

Koordinator Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) STKS Bandung

Selesai ditulis pada hari Sabtu malam, 18 Agustus 2012/ 29 Ramadhan 1433 H at 21.30wib @Rumah Peradaban, dusun Ngembak desa Bogorejo kecamatan Bancar kabupaten Tuban, Jawa Timur

 

 

 

Advertisement
Categories: Artikel Hikmah | Tags: , , , | Leave a comment

Post navigation

Ikhwah Berkomentar!!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: