Malam minggu mungkin bagi kebanyakan pemuda/i dalam era sekarang lebih banyak digunakan untuk bersuka ria dengan keluar bersama, istilah ngetren nya ‘ngedate’. Ya, memang itulah keberhasilan dari kaum musyrikin dalam menyusupkan budaya-budaya tidak Islami yang diterapkan dalam keseharian generasi penerus bangsa di negeri Indonesia tercinta ini.
Namun, itu semua tidaklah sama sekali diterapkan oleh aktivis dakwah KAMMI. Pada malam minggu ini, tepatnya hari Sabtu, 22 September 2012 Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Bandung menginisiasi Mabit (malam bina iman dan taqwa) bersama perwakilan komisariat se-Bandung Raya bertempat di Masjid Syamsul Ulum kampus IT Telkom di Buah Batu, Bandung.
Mabit di malam minggu ini diisi khusus oleh kader ikhwan saja, dengan tema “In Memoriam With KAMDA Bandung in the Past”, mendatangkan dua orang mantan ketua KAMDA Bandung yaitu:
- Akh Mahmud Galela, Ketua KAMDA Bandung tahun 2001. Sedikit tentang diri beliau, Akh Mahmud berasal dari jurusan Teknik Elektro ITB angkatan 1996
- Akh Didi Rahmat Suhardi Nazar, Ketua KAMDA Bandung tahun 2004. Akh Didi ini belajar di Kampus STT Telkom (nama IT Telkom di masa lampau) jurusan Teknik Elektro angkatan tahun 1999
Story form Akh Mahmud
Pemaparan awal dimulai dari Akh Mahmud. Beliau bercerita waktu itu sejak tahun 1997 memang sudah tinggal di Salman ITB, kemudian setelah menikah pada tahun 2001, beliau diajak oleh Akh Brian untuk bergabung di KAMMI. Karena memang pada tahun-tahun pasca reformasi itu tempat konsolidasi KAMMI lebih banyak di Salman, maka Akh Mahmud pun banyak tahu tentang apa-apa yang tengah terjadi di sana.
Tahun 1999 merupakan masa dialektika dan eksekusi atas berubahnya KAMMI menjadi sebuah ORMAS. Hal ini dengan tujuan agar KAMMI bisa resmi, memiliki struktur yang jelas, serta alur kaderisasi yang mantap. Mau menjadi apa KAMMI di masa depan. Akh Mahmud juga menjelaskan bahwa bentuk Dauroh Marhalah sebagai tahapan kaderisasi yang kita kenal saat ini, ditetapkan pertama kalinya pada Rakernas I KAMMI, dan pemikir-pemikirnya tidak lain dari kader-kader KAMMI Bandung itu sendiri.
Isu-isu yang berkembang pada masa-masa Akh Mahmud itu antara lain: 1)Aktivitas/kegiatan apa saja yang bisa dikerjakan oleh KAMMI, 2)Bagaimana sumber pendanaan, mengenai kontinyuitasnya, 3)Terkait keorganisasian, 4)tahun-tahun ini juga terjadi Muktamar Luar Biasa dan juga Musyawarah Daerah Luar Biasa.
Sekilas dari Akh Didi
Berbeda dengan Akh Mahmud yang memang sudah merupakan ‘kader jadi’, Akh Didi berangkat dari pemahaman awam tentang dunia dakwah kampus, apalagi yang banyak membahas terkait dunia perpolitikan bangsa ini. Seseorang yang tidak pernah ikut di Rohis, kemudian bergabung dan menjadi pejuang di KAMMI.
Awal karirnya dimulai dari Komisariat STT Tekstil dengan mengemban amanah di bagian Humas, Sekum kemudian naik menjadi Ketua Komisariat. Begitu pula di KAMDA Bandung, dimulai dari Humas, Sekum, dan pada akhirnya terpilih menjadi Ketua KAMDA Bandung. Padahal, dari sisi pribadi yang paling dalam, Akh Didi lebih merasa enjoy di komisariat, karena yang dikerjakan lebih riil, tugasnya nyata dan jelas. Namun, tentu ada raihan dampak dakwah yang lebih luas yang bisa diraih ketika berkenan mengemban amanah Ketua KAMDA Bandung pada tahun 2004 tersebut.
Ada cerita menarik terkait naiknya Akh Didi menjadi Ketua KAMDA Bandung ini. Beberapa orang waktu itu meragukan ‘masa depan’ Akh Didi dengan mengatakan,”Akh, antum menjadi Ketua KAMDA nanti bisa lulus tidak?”. Memang benar, waktu itu Akh Didi sudah belajar di STT Telkom selama lima tahun. Namun, Akh Didi menjawab,”InsyaAllah Akh, dengan menjadi Ketua KAMDA Bandung ini, saya akan lulus”. Dan ternyata memang benar adanya, bisa lulus juga. Bahkan menurut beliau, jika tidak menjadi Ketua KAMDA Bandung, kemungkinan besar lebih banyak tidak lulusnya pada tahun itu.
Pada masa Akh Didi di komisariat, pertama kalinya dalam sejarah bahwa anak KAMMI melakukan aksi demo di area kampusnya. Waktu itu terkait aksi kenaikan BBM, dan memang situasinya memang mendukung. Di area kampus STT Telkom setiap hari Ahad selalu ramai orang-orang jualan, senam dan lain sebagainya. Dan situasi tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi kepada khalayak ramai.
Masa kepemimpinan Akh Didi di KAMDA Bandung saat tahun 2005 juga terjadi mobilisasi kader yang luar biasa, dalam hal ini terkait isu penindasan yang terjadi di Palestina. Tahun 2005 yang lalu diadakan KTT KAA di kota Bandung, dan hal tersebut dimanfaatkan momentumnya untuk mengangkat persoalan Palestina ke mata dunia. Sekitar 1000 massa gabungan dari KAMMI dan FSLDK turun ke jalan untuk aksi solidaritas saudara-saudara muslim di Palestina.
Pertanyaan dan Jawaban
Tentang ghirah kader KAMMI Bandung yang saat ini sudah melempem untuk melakukan AKSI turun ke jalan. How? (Akh Jul dan Akh Yusup)
Jawaban dari Akh Mahmud
Akh Mahmud masih menyetujui bahwa AKSI turun ke jalan masih diperlukan oleh kader KAMMI, namun dalam porsi tertentu. Karena menurut beliau, kader KAMMI yang telah ikut aksi turun ke jalan telah melampaui batas psikologis tertentu, dimana ia menjadi mampu dan berani mengemukakan pandangan serta pendapatnya yang telah dilandasi oleh pengkajian secara ilmiah pada tataran intelektualitas setingkat mahasiswa.
Di samping itu, realitas masyarakat kita saat ini lebih banyak menganggap AKSI sebagai bentuk kesiasiaan, membuat macet jalanan dan lain-lain, dengan kata lain, mereka telah apatis terhadap pengaruh dari AKSI itu sendiri. Hal tersebut sangat berbeda memang dengan kondisi AKSI pada tahun 1998 dan 1999 waktu dulu. Maka, penutup dari beliau,”kadang kita butuh introspeksi diri dari kacamata orang lain”. Artinya, kadang kita harus jeli melihat pandangan orang lain terhadap organisasi kita, sehingga kita bisa membuat perbaikan-perbaikan yang tepat sasaran.
Jawaban dari Akh Didi
AKSI merupakan sarana bukan tujuan. Dan tren saat ini yang waktu itu belum ada, misalnya “Suara Anda”, kita sudah bisa menyuarakan langsung pendapat kita melalui telepon program “Suara Anda”. Dan itu bisa diawali dengan kajian-kajian kritis, kemudian membuat satu kesimpulan dengan menggunakan nama organasasi, dan itu sudah bisa didengar oleh para pemirsa televisi.
Akh Didi juga mengemukakan ketika menjadi AKSI sebagai tujuan, hal itu harus dievaluasi. Apakah benar demikian adanya? Kemudian beliau juga berpesan bahwa kita sebagai kader KAMMI jangan sampai hanya menganggap masalah politik terbatas pada masalah DEWAN saja, sehingga framework yang terbentuk untuk mengubah suatu kebijakan perpolitikan, harus menjadi anggota DEWAN, dan pada akhirnya menjadi DEWAN sebagai tujuan.
Mengenai pandangan bahwa banyak kader KAMMI yang tidak mau ikut AKSI turun ke jalan, Akh Didi menjelaskan bahwa hal itu (baca:AKSI) bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk menilai bahwa kader kita ‘melempem’, namun seharusnya ada kriteria-kriteria penilaian lainnya. Dan implikasinya, komisariat/KAMDA harus punya banyak program. Dari keterlibatan pada setiap program-program yang telah kita buat itulah, baru bisa dibuat untuk menilai kualitas kader.
Tentang reward dan punishment yang akan diterapkan untuk kader KAMMI. Baik atau buruk? (Akh Legy)
Jawaban dari Akh Mahmud
Pengurus itu tugasnya memberikan manfaat yang kongkret terhadap pada kader. Oleh karena itu, kita berpikirnya, apa yang bisa kita berikan dahulu kepada mereka, sehingga mereka bisa mengikuti apa-apa yang menjadi aturan kita. Jika tidak bisa memberikan sesuatu yang berharga/bermanfaat untuk mereka, lebih baik tidak perlu menyinggung mengenai punishment dahulu.
Terkadang kita sebagai mahasiswa itu berpikir bahwa saat inilah (baca: masih berstatus mahasiswa) sebagai masa-masa kita berkontribusi. Padahal tidak demikian adanya. Masa kita berkontribusi yang sesungguhnya adalah ketika kita berada di dunia kerja nanti. Oleh karena itu, siapkanlah diri kita sebagai mahasiswa untuk bisa menjadi ‘orang’ yang punya kredibilitas di bidang keahliannya, sehingga suara kita nantinya akan didengar dan diikuti oleh banyak orang. Contoh nyata yang disebutkan oleh Akh Mahmud adalah Akh Khoirul Anwar (Mantan Ketua KAMMI Komisariat ITB), seorang yang satu angkatan dengan beliau di ITB (angkatan 1996), yang dengan kepakarannya pada bidang ilmu pengetahuan yang dia pelajari di kuliah, saat ini telah banyak menerima award di dalam maupun luar negeri. Dan tentu saja, karena kepakarannya, suara beliau pasti didengar oleh banyak orang.
Jawaban dari Akh Didi
Sebagai pengurus, kita harus mengetahui problem/masalah dari kader. Masa-masa kader di zaman dulu dengan sekarang itu berbeda, maka PRnya adalah kaderisasi yang telah ditetapkan itu dilaksanakan dengan baik. Penguatan diri kapasitas kader juga harus sesuai dengan bidang dan minatnya. Peningkatan kapasitas mahasiswa hukum dengan mahasiswa elektro tentu berbeda, jadi jangan memaksakan mahasiswa elektro untuk menguasai bidang hukum. Namun, ia yang belajar elektro itu harus tahu tentang hukum-hukum yang berkenaan dengan bidang industri elektro dan yang berkaitan dengan hal itu.
Akh Didi juga menyampaikan bahwa pengurus KAMMI harus membuat list skill standar yang harus dimiliki oleh kader KAMMI yang kemudian akan dapat membawa mereka menjadi profesional. Dan harapannya, mereka (baca: para kader) nantinya akan bisa membaca situasi-situasi politik pada bidang kepakarannya masing-masing.
Tentang jaringan alumni KAMMI yang masih lemah, bagaimana solusinya?
Jawaban dari Akh Mahmud
Sesungguhnya jalinan silaturahim antar alumni itu sudah ada, meski memang masih belum formal atau melembaga. Dan menurut Akh Mahmud, kita yang sebagai kader, tinggal mengeksekusi saja, jangan jadikan itu sebagai wacana, namun kewajantahkan dalam bentuk nyata. Tips beliau, jika KAMMI mengadakan acara-acara kegiatan tertentu, undang saja para alumni tersebut, dan jalin jejaring dengannya.
Jawaban dari Akh Didi
Untuk di tingkat KAMMI Bandung memang belum ya, tapi untuk di STT Telkom sudah ada jaringan alumni yang kuat. Para alumni di STT Telkom sampai saat ini masih sangat care dengan komisariat yang membesarkannya dahulu. Nah, pesan dari Akh Didi,”mulai saja jaringan alumni itu dari komisariat-komisariat, nantinya pasti akan bisa bertemu di tingkat KAMDA”.
*****
Sesi tanya jawab telah berakhir, kedua pemateri pun telah meninggalkan Masjid tempat bermalam yang insyaAllah penuh berkah ini. Maka selajutnya diisi dengan penyampaian teknis Turnamen Futsal Pererat Silaturahim antar Kader KAMMI se Bandung Raya di lapangan Futsal IT Telkom, yang langsung dipimpin oleh Kang Jul. Namun sayangnya, saya secara pribadi tidak dapat mengikuti hal tersebut karena ada satu hal penting yang tidak dapat saya tinggalkan di hari Ahad pagi besok.
Demikian sharing yang dapat disampaikan, semoga ada manfaatnya dan bisa menambah ghirah kita semua dalam berdakwah melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bandung.
Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
Koordinator Umum BSO Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) STKS Bandung
Staf Ahli DF Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI) Bidang Relasi Publik
Selesai ditulis pada hari Ahad dini hari, 23 September 2012 at 01.10wib @Masjid Peradaban (Syamsul Ulum Kampus IT Telkom Bandung), Buah Batu kota Bandung, Jawa Barat
Tentang sikap KAMMI sendiri sebagai sebuah organisasi pergerakan dakwah di ranah perguruan tinggi. Maka, ikut berjuang di alam demokrasi tidaklah menjadi suatu masalah, karena KAMMI menganggap demokrasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, dan bukan isi dari tujuan itu sendiri. Dan tentu saja, atas izin Allah, dengan melihat perkembangan negara-negara muslim saat ini, maka suatu hari nanti akan didapatkan bahwa perjuangan yang telah dilakukan sedemikian lamanya ini telah membuahkan hasil untuk kemaslahatan ummat.
Spam sekarang semakin canggih saja ya, mereka bisa mengeluarkan komentar yang isinya sesuai dengan isi postingan.. Keren dech he he 🙂