Kegiatan KAMMI

Kebangkitan Pemuda

​[Late Post]

Senin, 19 Desember 2016 atau tepatnya 22 Rabiul Awal 1438 H yang lalu KAMMI STKS Ar Ruhul Jadid resmi menggerakkan rodanya kembali setelah sempat mengalami stagnansi kepengurusan.

Peserta Muskom 2016

Terhitung dini KAMMI STKS Bandung memulai dakwahnya. Adanya kepercayaan dan optimisme bahwa STKS memiliki peluang mendirikan komisariat persiapan, membawa harapan yang besar untuk diwujudkan. Sehingga hal ini memantapkan langkah kami untuk mendeklarasikan diri sebagai komisariat persiapan. Dengan begitu secara resmi kami sepakat bersama untuk melepaskan diri dari status badan BSO KAMMI ITB. 

Tahun 2013 adalah momen penting KAMMI STKS di mana untuk pertama kalinya kami melaksanakan Musyawarah Komisariat KAMMI STKS. Terbentuklah struktur kepengurusan yang dipimpin oleh Fadli Abdul Aziz sebagai Ketua Umum. Amanah ini membawahkan sekretaris dan bendahara serta empat departemen.

Setelah menempuh jalan terjal nan curam, kepengurusan pertama KAMMI STKS akhirnya baru berakhir setelah menghabiskan +- 2 tahun. Hal ini ditandai dengan terselenggaranya Musyawarah Komisariat 2016 pada hari Senin (19/12) lalu. 

Kegiatan inti pada agenda Muskom 2016 KAMMI STKS adalah pembahasan laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya dan pemilihan ketua baru. Hasil yang didapatkan adalah diterimanya laporan pertanggungjawaban tersebut dan terpilihnya calon ketua umum periode selanjutnya.

Calon ketua umum kanan ke kiri: Febri, Anggi, Khayan, dan Dhiya’

Calon-calon ketua umum diberikan beberapa pertanyaan singkat sebagai bagian dari fit and proper test yang wajib dilalui. Setelah itu, dengan menempati ruangan terpisah, peserta sidang yang tersisa melakukan musyawarah dengan mempertimbangkam banyak aspek untuk menentukan siapakah ketua umum KAMMI STKS selanjutnya. Sehingga akhirnya dengan penuh keyakinan dan rasa tawakkal, maka amanah ketua umum selanjutnya ditentukan berlanjut kepada Muhammad Dhiya’uddin Robbani.

Kanan ke kiri: Ketua Umum periode 2014-2016 & Ketua Umum periode 2017-2018

Keputusan ini disepakati bersama dengan mengharap ridha Allahu Ta’ala dan disahkan dengan serah terima amanah dari Fadli Abdul Aziz kepada M. Dhiya’uddin R. Serah terima dilakukan secara simbolik dengan menyerahkan jaket kepengurusan KAMMI STKS.

Dengan demikian, secara resmi kepengurusan KAMMI STKS mulai kembali bergerak. Segala doa dan harapan tersampaikan agar senantiasa mendapatkan ridha Allah dan menjadi pembawa dakwah yang lebih lantang bergaung. Semoga momen ini menjadi pelopor kebangkitan KAMMI STKS.

Selamat kepada Fadli Abdul Aziz atas keberhasilan dalam kepemimpinan pertama di komisariat persiapan KAMI STKS dan beserta jajarannya yang telah bekerja keras dan ikhlas mengemban amanah. Semangat kepada M. Dhiya’uddin R. dan jajarannya, semoga membawa semangat perubahan dan kebangkitan pemuda di kampus STKS Bandung tercinta. 

Advertisement
Categories: Kampus dan Mahasiswa, Ke-KAMMI-an, Kegiatan KAMMI | Tags: , , , | Leave a comment

Hijrah Membaca Zaman

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh!
Bismillahi ar-rahmanirrahim 🙂
Apa kabar muslim negarawan? Lama tak berjumpa di ruang interaksi virtual ini ya.

Beberapa waktu lalu KAMMI STKS Ar Ruhul Jadid telah mengadakan kagiatan ta’lim yang dibungkus dengan gaya kekinian berupa talkshow. Kegiatan ta’lim ini dilangsungkan menjadi tiga rangkaian talkshow dimana tema besarnya adalah Hijra Talkshow The Series. Ada tiga subtema dan dua diantaranya alhamdulillah sudah dilaksanakan dengan lancar. Subtema pertama adalah ‘Hijrah Hati Menuju Zaman’, kedua adalah ‘Hijrah Membaca Zaman’ dan yang ketiga adalah ‘Hijrah Untuk Peradaban’. Dua talkshow yang sudah berjalan tersebut dihadiri pemuda-pemuda terbaik negeri ini, diantaranya mahasiswa STKS dan juga tentunya para petangguh kader KAMMI STKS. Pemateri yang kami undang berasal dari aktivis mumpuni dalam bidangnya dan matang dalam ilmu yang akan disampaikan.

Hijrah Talkshow The Series

Nah, kali ini kita sama-sama akan menyimak kembali ilmu yang telah kita dapat pada sesi kedua talkshow dengan subtema ‘Hijrah Membaca Zaman’. Talkshow kedua ini dibawakan oleh Kang Abdul Holid. Beliau merupakan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) REMA UPI dan Ketua Komunitas Pemuda Al-Fatih Bandung. Beginilah beberapa sari ringkasan ilmu yang disampaikan beliau.

“Saat pertama kali saya diminta membawakan tema tentang Hijrah Membaca Zaman, saya agak bingung bagaimana yang dimaksud sebenarnya. Akan tetapi, kita coba bersama-sama bahas bagaimana hijrah itu sendiri dan apa yang ingin kita capai darinya”, begitulah kira-kira Kang Holid membuka ta’lim pada sore hari itu.

Ayo, mari kita langsung saja kepada isi talkshow..
Pembahasan pertama oleh Kang Holid adalah tentang zaman. Ia menyampaikan bahwa perempuan mempunyai tugas utama dalam zaman ini, yaitu mendidik zaman. Dialah sosok utama dibalik roda gerakan zaman. Selanjutnya, masuk kepada pembahasan tentang hijrah. Untuk memudahkan kerangka pemahaman, Kang Holid menggambarkan skema berikut ini:

Pyramid of Muslim's Life

 

H I J R A H. Kang Holid menyampaikan 3 pengertian tentang hijrah, yaitu 1) hijrah berarti kondisi seseorang mendapatkan hidayah sehingga masuk ke dalam agama Islam – konteks ini terjadi pada zaman kenabian, 2) hijrah berarti perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik, dan 3) hijrah berarti mengubah perilaku hidup yang Islami. Hijrah yang berarti mengubah perilaku menjadi Islami adalah konteks pengertian yang banyak digunakan pada zaman sekarang. Sudah banyak kini muslimah-muslimah yang dulunya tidak menutup aurat dan kini telah hijrah menutup auratnya dengan berkerudung serta berpakaian tertutup rapi. Atau, kini telah banyak muslimah yang duluya menutup aurat, tetapi belum memenuhi kaidah syariah dan kini sudah hijrah menggunakan kerudung serta pakaian yang lebar-lebar. Bagi laki-laki, kini telah banyak yang hijrah dan mengikuti sunnah seperti tidak isbal dan memelihara jenggot. Sejatinya, hijrah adalah satu step dasar seseorang menuju generasi robbani.

 
T S A Q O F Y. Tsaqofy atau wawasan adalah tahap dimana seseorang melengkapi proses hijrahnya dengan memperbanyak mendalami ilmu agama. Tahap ini ditandai dengan tertautnya seseorang pada ta’lim-ta’lim dan meningkatnya ilmu-ilmu agama yang dimiliki setelah berhijrah. Contohnya adalah seseorang akan mulai mempelajari tafsir Al Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah Saw. untuk diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta rajin pergi menghadiri majlis ta’lim. Kang Holid menambahkan bahwa seseorang tidak cukup menapaki tahap tsaqofy, tetapi butuh pemahaman untuk bertindak secara bijaksana. Alasannya, umat muslim saat ini memiliki wawasan tinggi, namun tidak melekat padanya hikmah dari wawasan yang dimiliki.

 
Tsaqofy digunakan untuk mengisi ruang-ruang peradaban. Ia perlu diseimbangkan agar tidak terlalu ‘ke kanan’ maupun juga terlalu ‘ke kiri’. Jika terlalu ‘ke kanan’ cenderung akan kaku dan mudah menyalahkan, sedangkan jika terlalu ‘ke kiri’ cenderung akan menyeleweng dan menyelisihi ajaran Islam. Kang Holid memberikan tips bagi organisasi Islam agar dapat meningkatkan wawasan bagi anggotanya, yaitu dengan mengadakan kegiatan rutin yang mengusung brand menarik dan melakukan pengkaderan (jantungnya). Branding berfungsi agar membuat anggota dan luar anggota tertarik menghadiri ta’lim. Sedangkan, pengkaderan dianggap amat penting sehingga dikatakan sebagai jantung karena jika tidak dilakukan maka organisasi pasti akan hilang.

 
Tsaqofy juga digunakan menjadi inti di dalam dakwah. Menggunakan tsaqofy ini sebagai inti dakwah dengan aturan bahwa ketika ‘X’ melakukan perbuatan salah, da’i memberi tahu ‘X’ mana yang benar lebih dahulu. Tsaqofy tidak boleh digunakan semata-mata hanya memberi tahu kesalahan yang diperbuat oleh ‘X’ saja. Baiknya tsaqofy ini digunakan tidak dituturkan dengan sikap yang terlalu idealis sehingga membuat dirinya sendiri selalu memandang kesalahan pada diri orang lain

R O B B A N I. Robbani memiliki ciri-ciri selalu mengikuti perintah Allah Swt. Sedangkan, rabbani digambarkan oleh Kang Holid dengan simbol pernyataan “muslim yang taat ke Allah Swt., yang manfaat ke manusia”. Robbani tidak lagi hanya menghapal, tidak lagi hanya pintar, dll. tetapi meresapi, memahami dan memberi hikmah kepada orang lain. Seseorang yang menapaki tahap ini tidak lagi memusatkan perhatian kepada diri sendiri, tetapi juga kepada lingkungan sekitarnya. Ia berkhidmat dengan ilmunya. Dalam segi ibadah, Kang Holid memberikan nasihat agar kita dapat membedakan antara profesionalitas dengan keikhlasan. Seseorang yang menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. adakalanya perlu menampilkan diri dengan menampakkan contoh yang nyata pada dirinya agar orang-orang dapat mengambil teladan dan hikmah. Adakalanya pula perlu menyembunyikan diri dari pandangan orang lain. Keduanya perlu ditempatkan dengan benar. Kang Holid menggambarkan bahwa profesionalitas adalah sesuatu yang dilihat oleh orang dari lahiriyahnya (dzahir/ manfaat), sedangkan keikhlasan menjadi ranah manusia berdua dengan Allah Swt.

Foto bersama

Generasi robbani hadir dengan upaya yang digerakkan oleh kita semua. Kang Holid menyampaikan salah satu sarana utama dalam membentuk dan mencapai robbani adalah dengan tarbiyah. Tarbiyah atau pembinaan ini berbeda dengan ta’lim yang hanya kegiatan mentransfer ilmu saja. Tarbiyah bersifat kontinu dan berkelanjutan, ia juga menyertakan dampak atau manfaat kepada penekunnya.

 
Tambahan. Kang Holid menyampaikan satu ilmu isinya bahwa zaman terbagi lima fase:
1.Fase nubuwwah yang berlangsung pada zaman kenabian hingga beliau wafat. Fase ini sekitar 23 tahun lamanya dan memiliki dua kategori masa, saat di Makkah dan saat hijrah ke Madinah.
2.Fase khilafah ala minhaj an-nubuwwah yang berlangsung pada zaman khulafaur rasyidin dan beberapa tahun setelahnya. Fase ini sekitar 30 tahun lamanya
3.Fase mulkan adzon yang berlangsung saat dimana pemimpinnya menggigit dan dzalim berkuasa. Fase ini sekitar 14 abad lamanya, yaitu ketika bani umayyah hingga turki utsmani.
4.Fase mulkan jabbariyah yang berlangsung setelah runtuhnya turki utsmani hingga pada saat ini (demikian perkiraan para ulama) dimana pemimpinnya diktator. Pada fase ini mulai banyak berkembang gerakan-gerakan muslim yang mengusung kembali tegaknya khilafah di muka bumi. Berbeda pada fase nubuwwah dan khilafah ala minhaj an-nubuwwah, fase ini belum terbentuk jamaatul muslimin dimana diwajibkan berbaiat kepada satu khilafah. Akan tetapi, karena muncul banyak jamaah maka dikenal istilah jamaatul minal muslimin.
5.Fase khilafah ala minhaj an-nubuwwah yang masih belum berlangsung dan masih diperjuangkan bersama pada saat ini. Fase ini akan hadir dengan kehendak Allah Swt. dengan perjuangan kaum muslimin mirip dengan masa-masa keemasan Islam seperti dulu.

Sekian isi ta’lim pada sesi talkshow kedua tanggal 24 Mei yang lalu. Mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan. Silakan disebarluaskan jika dibutuhkan. Semoga bermanfaat ya! Kita tunggu the next posting dari talkshow selanjutnya.
Subhanallahu wabihamdihi, alhamdulillahi robbil ‘alamin.

Kang Abdul Holid membawakan sesi ta'lim

Categories: Kampus dan Mahasiswa, Ke-KAMMI-an, Kegiatan KAMMI, Uncategorized | Tags: , | Leave a comment

Rihlah KAMMI STKS

 

Sudah menginjak satu bulan setelah kegiatan Rihlah KAMMI Komisariat STKS ini berlalu. Rasanya agak sayang jika momen Rihlah ini terlewatkan begitu saja atau hanya menjadi sekadar kenangan yang mengalir bersama angin. Alangkah manisnya jika kita diabadikan melalui tulisan ini. Suatu saat, kita akan mengingat kembali bahwa kita pernah berjalan jauh menyusuri alam Dago bersama. Sekalipun lupa, semoga tulisan sederhana ini akan membangkitkan memori kita kembali 😉

Momen kami, momen kita bersama

Momen kami, momen kita bersama

Hari itu 17 Oktober 2015, tepatnya jatuh pada hari Sabtu, adalah momen bersejarah yang tak terlupakan. Dipandu oleh seorang ustadz berjiwa petualang, kami yang terdiri dari 5 orang ikhwan dan 5 orang akhowat siap melaksanakan kegiatan Rihlah (semi mukhayyam—we said) menuju destinasi yang dirahasiakan. Kami semua berkumpul di Masjid Al Ihsan STKS Bandung pukul 07.00 WIB, tetapi kami berangkat sekitar pukul 08.30 WIB. Lama ya? Hehe iya, da kumaha atuh ada yang masih sarapan.

Ustadz Petualang (semoga beliau mengizinkan hehe) mempersilakan untuk membuka acara dengan membaca doa dan tilawah terlebih dahulu, baru kemudian kita memulai perjalanan. Rute perjalanan kami adalah melewati Terminal Dago Atas – turun melewati permukiman warga – menanjak menyibak jalan yang kemiringannya sekitar 75 derajat (mendekati 90 derajat!) ditemani pohon-pohon pinus – lalu berhenti sejenak di tanah landai (lapangan kecil berumput).

Ada yang menarik sebelum sampai di tanah landai tempat kami beristirahat. Kami belum satupun ada yang pernah melewati jalur antah-berantah itu. Bahkan, sang Ustadz Petualang (sebagai satu-satunya orang yang tahu pun) sempat bertanya kepada rumah warga karena lupa. Dan ada perasaan yang masih terkenang saat jalan menanjak saat itu. Rasanya cuapek tenan! Jarak barisan antara ikhwan dan akhowat jadi terpisah jauh karena akhowaters kelelahan, bahkan sempat berhenti beberapa kali. Uniknya dibandingkan panitia, peserta akhowat lebih bersemangat dan lebih tangguh, loh!

Mendaki gunung, lewati lembah ~~

Mendaki gunung, lewati lembah ~~

Nah, setelah berhenti sejenak itu kami melanjutkan perjalanan kembali. “Itu sudah di depan tempatnya, kok”, kata sang Ustadz Petualang berkali-kali. Dan kami percaya bahwa tempatnya sudah dekat dengan tempat istirahat. Ternyata…kami masih harus maniki dan menuruni lembah bukit yang sepertinya lebih mirip lembah hutan (entahlah bingung menamakannya). Beberapa kali akhowatnya istirahat dan ikhwannya (terpaksa) menunggu. Beberapa kali akhowatnya tergelincir saat jalan menurun karena alas kaki yang dipakai kurang pas untuk medan yang licin dan (cukup) terjal. Perjalanan masih berlanjut melewati pinggiran lereng bukit yang hanya setapak. Sempat khawatir karena kalau jatuh rasanya akan susah ditemukan. Meskipun begitu, pemandangan yang kami dapatkan sangat bagus!

Foto Rihlah 3

Singkat cerita, perjalanan terus berlangsung hingga dari kejauhan kami melihat sungai. Dan itulah destinasi pertama kami! Di sungai yang sedang surut itu, kami duduk di bebatuan dan istirahat, kemudian dilanjutkan dengan taujih oleh sang Ustadz Petualang.

“Sejarah menuturkan bahwa peradaban besar terletak di sekitar sungai”, begitulah kira-kira kalimat pembuka sang Ustadz Petualang. Ya..betul. “Siapa yang tak kenal peradaban Mesir Kuno, China, India, dan bahkan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia? Semuanya terletak tak jauh dari sungai”, sang Ustadz Petualang melanjutkan hingga akhir.

Setelah taujih ditutup, sang Ustadz Petualang kembali menawarkan dua pilihan perjalanan pulang yang sama-sama menantang. Pilihan pertama jalan relatif ringan, tapi rute yang belum pasti. Pilihan kedua jalan yang panjang, terjal, tapi rutenya pasti. Secara serempak kami menyepakati memilih pilihan pertama dengan segala konsekuensi. Dengan begitu, perjalanan di mulai dengan menyusuri sungai. “Kalau kita tersesat di hutan belantara, untuk selamat maka hal yang harus dilakukan adalah mencari sungai”, begitu tips dari sang Ustadz Petualang.

Setelah menyusuri sungai, tantangan perjalanan kami selanjutnya adalah menanjak lereng bukit. Bisa dibayangkan bahwa rombongan Rihlah kami tak hanya ikhwan, tetapi juga bersama akhowat yang berpakaian syar’i dengan gamis menjulurnya. Loncat sana-loncat sini, raih akar tanaman itu-raih ranting yang itu, menerobos belukar, dsb. Akhowat memang tangguh! Lalu, sebuah kejutan menanti di atas lereng bukit: Goa Belanda!

"Kalau tersesat, temukanlah sungai!"

“Kalau tersesat, temukanlah sungai!”

Yep! Destinasi kedua kami adalah Goa Belanda.

Setelah istirahat dan sholat, kami melanjutkan dengan kegiatan tilawah berantai. Lalu, kami menikmati jagung bakar bersama. Setelah itu, kami bersama-sama masuk ke dalam Goa Belanda. Kemudian berjalan kembali menuju destinasi ketiga kami, yaitu mengunjungi Goa Jepang sebelum pulang dan acara Rihlah KAMMI pun berakhir.

Daann…penasaran kan siapa sang Ustadz Petualang yang dimaksud?

Tadaa…..beliau adalah Ustdaz Eko! :3 Perkenalkan, beliau adalah murobbi para ikhwan tangguh sekaligus pembina KAMMI Komisariat STKS sekaligus founder Sekolah Alam Bandun sekaligus sekaligus sekaligus petualang tentunyaa 😀

Ustadz Eko as Ustadz Petualang memberikan "taujih peradaban"

Ustadz Eko as Ustadz Petualang memberikan “taujih peradaban”

Inilah aktivis dakwah petualang: Akhi Pansuri, Akhi Ghazi, Akhi Febri, Akhi Gunawan, dan Akhi Dhiya serta akhowatnya adalah Ukhti Dhien, Ukhti Wildan, Ukhti Dewi, Ukhti Astria, Ukhti Aisyah, dan Ukhti Yuri.

Inilah aktivis dakwah petualang: Akhi Pansuri, Akhi Ghazi, Akhi Febri, Akhi Gunawan, dan Akhi Dhiya serta akhowatnya adalah Ukhti Dhien, Ukhti Wildan, Ukhti Dewi, Ukhti Astria, Ukhti Aisyah, dan Ukhti Yuri.

*Dann…Akhi Dhiya adalah dalang dari kegiatan Rihlah (semi-mukhayyam) yang super unexpected ini 🙂

*Laluu..siapakah akhowat yang tergelincir? Tebak inisialnya adalah I!

*Siapa jugakah sosok yang membuat kami lama menunggu karena belum sarapan? Jelasnya ikhwan, hhmm kasih ta ngga yaa..

*Ada yang selama perjalanan kecapekan bahkan buat tersenyum sekalipun :p

*Ada yang semangat banget dan paling tangguh sampai akhir acara..

Alhamdulillah, ibrah selain terjalinnya ukhuwah adalah bertambahnya kesyukuran atas nikmat keindahan alam semesta dan tumbuhnya kesadaran bahwa seorang aktivis dakwah itu harus kuat. Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai ALLAH dibandingkan mukmin yang lemah!

TERIMA KASIH ATAS MOMEN KEBERSAMAANNYA =D

Categories: Kegiatan KAMMI | Tags: , , , | 5 Comments

Diskusi Kastrat KAMMI ITB-STKS Bandung

Diskusi Kastrat KAMMI ITB-STKS Bandung*

Assalammualaikum wr.wb

Kamis, 1 Mei 2014

Alhamdulillahirabbil alamin..

Bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, KAMMI ITB-STKS Bandung bekerjasama dengan Kementerian Agama BEM STKS Bandung pada hari ini telah mengadakan sebuah kajian insidental yang bernama “Intellectual Youth Forum” dengan tema utama yaitu “Solusi Inovatif dalam Menangani Permasalahan Buruh di Indonesia”.

Youth Intellectual Forum” merupakan sebuah forum diskusi intelektual yang sengaja dibentuk dalam rangka memberikan fasilitas kepada para pemuda khususnya mahasiswa dalam menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya. Dalam forum ini kami tidak hanya memberikan materi kajian ataupun diskusi yang bersifat umum melainkan erat kaitannya dengan nilai-nilai Islam. Hal ini tentu saja tidak lepas dari peranan KAMMI sebagai organisasi pergerakan mahasiswa muslim.

Meskipun ini merupakan agenda kajian pertama yang kami adakan di kepengurusan tahun ini, namun patut disyukuri bahwasanya alhamdulillah kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih sekitar 27 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa STKS bandung dari berbagai angkatan yaitu angkatan 2013, 2012, dan 2011. Selain mahasiswa STKS bandung, kajian ini juga dihadiri oleh para kader KAMMI ITB diantaranya yaitu Ahmad Adityareza, Ngabdur Rohman, dan Agus Hendro.

Kami menghadirkan Kang Asep Sucipto sebagai penyampai materi kajian. Beliau merupakan kepala Divisi Sosial Kemasyarakatan (Sosmas) KAMMI Bandung. Kami sampaikan terima kasih atas ketersediaan beliau dalam menyempatkan diri untuk mengisi kajian pada kali ini. Sungguh luar biasa dalam penyampaian dan sangat inovatif di dalam memberikan solusinya.

Alangkah bahagianya ketika melihat antusiasme para peserta diskusi yang begitu tertarik dengan nasib buruh di Indonesia. Berbagai masukan serta pendapat mereka kemukakan dan mencoba didiskusikan. Tak lupa di akhir acara kami memberikan doorprize kepada para peserta terbaik berupa buku-buku hasil karya kader KAMMI dari ITB-STKS yaitu “Anak Kuli Jadi Insinyur” karya mbak Winda Iriani sebagai kader KAMMI dari ITB dan “The Book of Dreams” karya Tim 5 STKS bandung yang mana di dalam Tim 5 tersebut ada mas Joko Setiawan dan mbak Erna Dwi Susanti sebagai kader senior di KAMMI STKS.

Para peserta terbaik itu adalah D. Ayu Yunitaningrum dari angkatan 2011, Ernawati angkatan 2012, dan Dimas yang merupakan sekertaris Kementrian Agama BEM STKS Bandung angkatan 2013. Kepada mereka kami ucapkan Selamat ^_^

Sungguh merupakan sebuah kegiatan yang sangat positif dan mampu menambah wawasan, kalau bisa sering-sering diadakan sehingga dapat lebih banyak memberikan manfaat dan inspirasi-inspirasi bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa STKS Bandung” ungkap teh Dyah Ayu Yunitaningrum dalam menyampaikan kesan-kesannya.

*Ditulis dan dilaporkan oleh Nella Kurnia Anggrahini, Kader KAMMI STKS Bandung angkatan 2012

 ?????????? == ?????????? 

?????????? == ??????????

Categories: Kajian Strategis, Kegiatan KAMMI, Sosial dan Politik | Tags: , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.