Begini, memang terkadang sambutan-sambutan saat berlangsungnya sebuah acara dianggap basi dan tidak penting. Namun, ada yang berbeda pada sambutan malam hari ini yang dibawakan oleh pejabat Dispora Jabar dalam acara Bandung Berdzikir di Masjid Al Ihsan STKS Bandung. Sambutan beliau tidak serupa balon gas yang jika terkena benda tajam (realita hidup) akan langsung pecah dan hilang (omong kosong). Isi sambutan beliau seperti memiliki nyawa dan hidup. Meskipun subjek alamat isi sambutan beliau tertuju bagi Komunitas Moonraker Indonesia, rasanya bagi kita yang sama-sama menggeluti bidang dakwah ‘beresiko’, sambutan beliau patut kita cerna sebagai nasihat agar dapat menutrisi gerak langkah kita.
Ayo kita curi ilmu dari nasihat bapak pejabat Dispora Jabar tersebut kepada Komunitas Moonrakers Indonesia! Apakah itu?
“Militansi dan Loyalitas”, sang bapak pejabat Dispora Jabar menegaskan begitulah kira-kira dalam pembukaan sambutannya. Kemudian beliau melanjutkan, “Saya melihat militansi dan loyalitas Moonraker sangat tinggi dan itu adalah pokok yang penting”.
Yuuups. Bagaimana dengan kita? Tentunya militansi dan loyalitas ini jauh teramat penting bagi organisasi dakwah intelektual ini. Apalagi yang pantas kita perhatikan untuk memenangkan beratnya perjuangan dakwah intelektual di kampus ini selain militansi dan loyalitas. Sejenak merenung, kita justru seringkali kehilangan ini. Jika melihat betapa bergeloranya panitia Moonraker Indonesia sebagai unit penyelenggara acara Bandung Berdzikir sore hingga malam tadi, kita perlu mengangkat topi dan berguru kepada mereka. Salute.
Why?
Kita sepertinya patut merundukkan tengkuk kepala kita; malu. Datang syuro rutin saja masih terasa sangat amat berat sekali. Kalau hujan, malas kena becek; kalau panas, malas kena keringat. Belum lagi kalau ada kegiatan internal. Tanggal sekian bentrok kegiatan di sana; jam sekian lupa sudah ada akad yang ini. Atau parahnya lagi, lupa samasekali. Untuk hal kecil lainnya juga keadaannya kadang lebih menyedihkan. Saat ditanya kabar bagaimana kabar saudara kita yang lama tidak menghadirkan diri, gampangnya kita melempar jawab: tak tahu, sudah lama tak berhubungan. Padahal, kuat-lemahnya ukhuwah kita dapat terukur dari seberapa jauh kita tahu kabar saudara kita.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Subhanallah. Ini bisa jadi musibah kedepannya jika terus terjadi. Maka seperti dalam sambutan bapak pejabat Dispora Jabar diawal tadi, militansi dan loyalitas adalah nasihat solutif agar kita dapat semilitan dan seloyal Moonraker Indonesia dalam kompakan mengegas motor dan dakwahnya hehehee.
“Militansi dan loyalitas amat berarti. Apalagi ditujukan kepada perubahan. Misalnya, Moonraker menujukan militansi dan loyalitasnya dalam segi agama, sosial, maupun keorganisasian itu sendiri dan keahlian seperti lokomotif. Itu akan sangat membangun Moonraker”, pak pejabat Dispora Jabar menerangkan Poin Kesatu dalam sambutannya.
Betul sekali. Saat ini kita perlu kembali menyadari adanya kebutuhan untuk meluruskan orientasi dakwah kita. Apakah akan selamanya fokus ke luar, ataukah fokus ke dalam, ataukah kedua-duanya. Selama ini kita sadari, kita masih tergoda dan tergiur dengan aktivitas luar. Sampai ketika tiba di rumah sendiri, saking lelahnya, kita memilih terlelap istirahat. Nah, kita perlu bersepakat bersama meneguhkan komitmen, bentuk militansi kita harus seperti apa sih.
“Militansi dan loyalitas yang terbangun kuat akan melahirkan kader-kader terbaik”, kata bapak pejabat Dispora Jabar melanjutkan Poin Kedua dalam sambutannya.
Alright. Memang, tidak ada yang selalu sempurna dalam sikap militansi dan loyalitas kita. Sehingga kader-kader terbaik tak kunjung terbentuk sebab di dalam langkah sebelumnya terjadi silap keputusan. Akan tetapi, bagi setiap kita kembali perlu memahami satu hal bahwa menuntut lingkungan saja tidak sampai cukup membawa perubahan. Yuk, mari kita jadikan diri kita masing-masing creator perubahan itu sendiri. Semoga Allah memadankan kita dalam langkah yang serasi.
“Optimalkan kemampuan untuk bersinergi dengan yang lain”, lanjut bapak pejabat Dispora Jabar melanjutkan Poin Ketiga dalam sambutannya.
Kita perlu menyadari letak potensi jamaah kita. Kita moderat dalam bergaul dengan lingkungan, tetapi diperintahkan keras terhadap diri sendiri. Kita bercita-cita tinggi, tetapi pertama kali diajarkan cara membuat roketnya terlebih dahulu. Apakah kita unggul dalam hal sosial, ataukah kajian, ataukah politik, ataukah apa? Ayo kita tentukan bersama sehingga mampu memberikan ‘produk dakwah’ unggulan kepada lingkungan. Branding akan terbentuk saat kita istiqomah menjalankannya sembari memperbaiki yang salah.
“Satukan barisan untuk dunia dan akhirat untuk mencapai tujuan utama organisasi”, bapak Pejabat Dispora menutup pada Poin Kelima (untuk Poin Keempat mohon maaf terlewat).
Hal apalagi yang menjadi wujud loyalitas itu selain merapatkan barisan dan wujud militansi itu adalah usaha yang keras untuk mencapai tujuan utama organisasi? Berbeda dengan organisasi lainnya, orientasi kita jauh berada di luar jangkauan human vision. Allah dan Rasul tujuan kita. Sebagai jamaah dakwah, amal jama’i salah satu bentuk loyalitas dan militansi menuju cita-cita organisasi. Mungkin saatnya kita menata prioritas langkah yang bercabang ini, ya.
Pada akhirnya, bapak pejabat Dispora Jabar itu menutup sambutannya dengan satu bingkisan motivasi dan harapan, “Hilangkan (bersihkan) noda hitam dan kembalikan menjadi bersih”. Artinya, setiap kita pasti melakukan kesalahan yang menjadi titik noda dalam sejarah perjuangan. Akan tetapi, dibandingkan harus menambah titik hitam itu, kita seharusnya menghapusnya dengan memperkuat kompetensi kita.
Recent Comments